Selamat Membaca. Semoga dapat membantu Anda dalam memperoleh informasi yang diinginkan.
“Bertambah usia, artinya berkuranglah jatah hidup ini. Tetapi itu tidak mengurangi eratnya pengabdian. Bahkan seiring berjalannya waktu, pengabdian dan dharma bakti kita harus semakin kokoh dan profesional. Semoga Tuhan memberi umur panjang yang penuh dengan manfaat dan kebaikan”.

Kamis, 29 Agustus 2019

E-Learning Semakin Cepat dengan Aplikasi

Rochimudin | Kamis, 29 Agustus 2019 | 19.52 |
Andai papan tulis hitam itu dapat berbicara, mungkin ia merasa sudah tua dan minta pensiun. Dengan ditemani sebuah kapur tulis, ia selalu setia berdiri di depan kelas sejak 1983. Sudah tua karena telah digunakan oleh guru untuk mengajarku sejak kelas satu SD sampai SMA. Ia menjadi saksi keberhasilan bapak dan ibu guruku dalam mengajar kami sehingga kami bisa jadi orang sukses dengan beragam profesi dan keahlian.
Termasuk saya yang berprofesi sebagai guru sebenarnya secara tidak langsung dititipi atau diwarisi papan tulis hitam (blackboard) untuk mengajar murid-muridku.
dok gambar: komunitas-os-sman21.blogspot.com

Dengan media pembelajaran papan tulis hitam (blackboard) yang entah kenapa seluruh siswa waktu itu tidak ada yang protes atau bosan. Kalau pelajaran seni lukis maka papan akan menjadi menarik dengan gambar yang indah, namun ketika pelajaran eksata atau sosial maka papan akan berisi tulisan-tulisan yang biasanya memenuhi seluruh papan. Bahkan kadang papan tulis harus diputar balik karena penghapusnya hilang atau disembunyikan teman saya yanag usil agar mendapat perhatian guru.

Sampai saya SMP, ternyata saya menjumpai papan tulis hitam lagi dan dipakai sampai lulus SMP. Ketika memasuki bangku SMA, ada sedikit pemandangan kelas yang berubah. Papan tulis hitam menemukan pasangannya yaitu papan tulis putih. Atau tepatnya di depan kelas sudah tersedia dua buah papan tulis, satu berwarna hitam dan satu lagi berwarna putih. Akhirnya kami menyebut papan hitam putih. Dua buah papan tulis ini menjadi sarana dan saksi bagi saya dan teman-teman menikmati masa-masa indah di SMA. Mungkin filosofinya seperti kehidupan, ada putih (kebaikan) dan ada kejahatan (hitam).

Ada satu hal lagi yang membuat kami sangat senang ketika pembelajaran di SMA yaitu OHP. Dengan OHP yang disorotkan di tembok, kami bisa melihat gambar dan penjelasan tertulis guru. Guru yang mengajar dengan menggunakan OHP ini kami sebut hebat dan menyenangkan. Nggak apa-apa sebab teknologi termutahir yang sekolah kami bisa punya ya ini.
OHP (dok gambar: en.wikipedia.org)

Sekali lagi dua buah papan tulis tadi menjadi sarana dan saksi kejayaan pendidikan yang saya alami sejak SD dan ternyata hingga kuliah. Ternyata lagi, sampai saya menjadi guru sejak 1999 sampai sekarang. Ibaratnya, ilmu pengetahuan dan teknologi itu luas, tetapi hanya seluas dua buah papan tulis tadi dan seluas pengetahuan bapak ibu guru. Papan tulis hitam sudah berubah menjadi whiteboard, kemudian berubah lagi menjadi magnetik board, dan berubah lagi terintegrasi menjadi touchscreen. Lalu apakah kita juga berubah?

Pertanyaannya, apakah ilmu dan pengetahuan hanya seluas itu? Apakah saat itu belum mengenal e-learning? Ataukah sudah mengenal namun sarananya belum sampai sekolah? Mari kita ikuti apakah itu e-learning.

Pengertian E-learning
Dalam buku Strategi Belajar Mengajar yang ditulis oleh Drs. Hamdani, MA, dikemukakan berbagai pengertian e-learning antara lain:
  • E-learning merupakan suatu jenis belajar yang memungkinkan tersampaikannya  bahan ajar kepada siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan komputer lain (Hartley, 2011).
  • E-learning adalah sistem pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer standalone (LearnFrame.com, 2001).
  • E-learning adalah semua yang mencakup pemanfaatan komputer dalam menunjang peningkatan kualitas pembelajaran, termasuk di dalamnya penggunaan mobile technologies. Juga penggunaan teaching materials berbasis web dan hypermedia, multimedia CD-ROM atau websites, forum diskusi, perangkat lunak kolaboratif, e-mail, blogs, wikis, computer aided assessment, animasi pendidikan, simulasi, permainan, perangkat lunak manajemen pembelajaran, electronic voting systems, dan lain-lain. Juga dapat berupa kombinasi dari penggunaan media yang berbeda (Thomas Toth, 2003; Athabasca University, Wikipedia).

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan teknologi informasi atau komputer atau internet termasuk ke dalam e-learning. Sebenarnya konten e-learning dapat didistribusikan secara on-line maupun off-line. Secara on-line dengan menggunakan media internet sehingga memiliki jangkauan yang luas, melayani pembelajaran jarak jauh (distance learning), dan bisa tidak berbatas waktu. Sedangkan ssecara off-line, siswa menggunakan CD/DVD yang interaktif dalam pembelajaran.

Pembelajaran dengan konsep e-learning bagi saya merupakan sebuah revolusi pembelajaran modern. Apapun materi pelajaran dapat dibuat dan disampaikan dengan e-learning melalui berbagai cara on-line maupun off-line. Dukungan simulasi materi, video atau film, media pembelajaran, lagu atau suara, soal interaktif, e-book, media sosial untuk berinteraksi langsung seperti email, skype, facebook, twitter, dan sebagainya menjadikan pembelajaran menjadi lebih mudah, interaktif, dan sesuai dengan realita (baik realitas ilmu maupun realitas sosial masyarakat).

Sebagai sebuah revolusi pembelajaran, guru, termasuk saya, dituntut penguasaan teknologi informasi seperti komputer, internet, dan program aplikasi yang sesuai. Saya yakin kalau guru tidak segera menguasai ini, maka akan ketinggalan dari siswanya. Saya teringat salam tiga jarinya Prof. Dr. Suhartono dari UGM ketika menjadi pembicara Seminar Nasional Mengembangkan Spirit Nasionalisme Melalui Momentum Peringatan Hari Pahlawan di UNDIP Semarang, 2 Desember 2013, yang menyatakan untuk menjadi bangsa yang bisa atau mampu mandiri maka ada tiga cara, yaitu BISA karena TERPAKSA/DIPAKSA, BISA karena BIASA, dan BISA karena BELAJAR. Kita tinggal pilih mau BISA karena yang mana.

Tanpa adanya media internet dan e-learning, saya sebagai guru mungkin akan meneruskan tradisi papan tulis hitam putih. Datang ke kelas membawa buku, kapur, dan spidol, kemudian bercerita dan memberi soal. Ritualitas selama setahun tidak akan berbeda jauh. Dan saya yakin, banyak murid saya yang bosan bin malas namun takut bersuara karena berada di pihak yang kalah ingin mendapat nilai baik. Guru yang hebat adalah dambaan setiap siswa yaitu guru yang mengajar secara luar biasa dan memberi inspirasi. Ia tidak takut mencoba sesuatu yang baru untuk kemajuan pembelajaran.

Perubahan teknologi informasi dan internet sangat cepat sehingga menciptakan sebuah tempat tanpa berbatas (borderless world). Demikian juga pembelajaran menjadi sangat menarik dan inovatif apabila digabungkan atau dilandasi dengan e-learning. Berikut merupakan contoh penerapan e-learning di abad 22:


Gambaran e-learning masa depan (dok video: 8yolkstudio, youtube.com)


Ada 4 sebab mengapa e-learning termasuk revolusi pembelajaran yaitu:
  • 1. Bergesernya trend belajar dari belajar dengan guru yang ditentukan atau formal menjadi belajar dengan bebas memilih guru sesuai mata pelajarannya. Siswa memiliki kemandirian belajar yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.
  • 2. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi lebih mudah tersebar dengan tidak hanya mengandalkan guru namun ada beragam sumber belajar terutama melalui on-line.
  • 3. Pertumbuhan media sosial yang luar biasa. Indonesia termasuk 10 besar pengguna media sosial. Tumbuh kembangnya media sosial belakangan ini dinilai belum mampu digunakan dengan baik dan produktif oleh pengguna internet di Indonesia. Pengguna masih banyak menggunakan media sosial untuk ajang hiburan dibandingkan menggunakannya sebagai sarana mendapatkan informasi dan pembelajaran. Hal itu disampaikan oleh Ketua Forum Telematika KTI, Hidayat Nahwi Rasul dalam diskusi bertajuk "Peran Media Sosial dalam Meningkatkan Kualitas Demokrasi Indonesia" di Jakarta, sebagaimana dimuat Kompas.com Selasa (12/11/2013). Untuk mengatasi masalah tersebut, Hidayat berpendapat, harus ada agen-agen pembaruan yang yang dapat memproduksi konten-konten produktif di media sosial. 
  • 4.  Generasi siswa sekarang sebagai Cyber Generation (C Generation).
Generasi yang akrab dengan HP, IPad, dll.
Mencuri kesempatan untuk on-line.

Cyber Generation (C Generation)
Siswa sekarang berbeda dengan siswa jaman saya sekolah dulu. Saya lahir dari generasi papan tulis hitam putih sedangkan siswa sekarang lahir dari sebuah Cyber Generation. Meminjam istilah dari Rhenald Kasali, Generasi C ini lahir di tengah arus informasi dan globalisasi. Mereka sudah mengenal perangkat telekomunikasi seperti HP, IPad, Gadget, dll sejak kecil sehingga para generasi cyber ini menyerap informasi termasuk ilmu pengetahuan dari berbagai sumber. Mereka sudah bukan lagi botol kosong yang kita sebagai guru akan menuangkan air. Mereka ibarat botol yang sudah berisi air, kita akan menambahkan air mungkin hanya sedikit selebihnya memastikan bahwa air yang ada dalam botol tersebut air yang bagus/berkualitas dengan pendidikan karakter yang mantap.
dok gambar: akinini.com
Mereka adalah generasi emas ketika tahun 2045 merupakan momentum 100 tahun indonesia merdeka dengan visi terciptanya Indonesia sebagai negara maju dan modern top 10 dunia. Sekali lagi mereka adalah pemuda yang saat itu sebagai agen perubahan penting. Bung Karno mengatakan, "Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia".



Bagaimana membuat e-learning?
Ketika pertama kali mendengar dan berniat membuat e-learning pada tahun 2001, yang terlintas dipikiran saya yaitu rumit, harus punya laptop, mahal, akses internet sulit, dan belum butuh. Sebenarnya situasi dan kondisi saat itu yang realistis yaitu mahalnya harga laptop dan sulitnya akses internet terutama di sekolah. Siswa yang mahir internet apalagi punya perangkat untuk akses internet juga masih sedikit. Meskipun begitu saya menganggap ini adalah tantangan dan saya pasti bisa.

Sebagaimana penjelasan e-learning di atas, e-learning secara off-line dapat dibuat dengan menggunakan CD/DVD. Pembuatan CD/DVD e-learning perlu bantuan software aplikasi seperti presentasi, flash, authoware, dan sebagainya. Oleh karena itu kita perlu menguasai salah satu aplikasi atau beberapa aplikasi agar hasilnya maksimal. Hal ini tepat untuk sekolah yang sudah punya perangkat komputer namun masih sulit mengakses internet. Materi pembelajaran kita buat dengan salah satu aplikasi tersebut dengan tetap memperhatikan unsur-unsur atau fitur e-learning sebagaimana ditulis Clark and Mayer (Clark and Mayer, 2008:10) antara lain:
  • 1. Konten yang relevan dengan tujuan belajar.
  • 2. Menggunakan metode instruksional seperti praktik dan contoh untuk membantu belajar.
  • 3. Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar.
  • 4. Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun belajar secara individu (asynchronous).
  • 5. Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.
elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar. - See more at: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html#sthash.iTzXCTqL.dpuf
























  • Konten yang relevan dengan tujuan belajar
  • Menggunakan metode instruksional seperti contoh dan praktek untuk membantu belajar.
  • Menggunakan elemen media seperti kalimat dan gambar untuk mendistribusikan konten dan metode belajar.
  • Pembelajaran dapat secara langsung dengan instruktur (synchronous) ataupun belajar secara individu (asynchronous).
  • Membangun wawasan dan teknik baru yang dihubungkan dengan tujuan belajar.
  • - See more at: http://www.zainalhakim.web.id/pengertian-e-learning.html#sthash.iTzXCTqL.dpuf

    Apabila lingkungan sekolah dan rumah mendukung akses internet maka seyogyanya atau akan lebih mudah dan berdaya jangkau lebih luas menggunakan basis web. Web penyedia fasilitas e-learning sudah semakin banyak sehingga kita tinggal mengisi kontennya. Kita dapat memilih web yang berbayar atau gratis dengan menerima persyaratan yang ditentukan.

    Berikut adalah contoh video presentasi tentang desain e-learning di Sekolah Tinggi Arizona-Amerika Serikat sebagai penyemangat dan pembanding dalam kita mengaplikasikan e-learning.


    e-learning overview oleh Azelearning (dok: youtube.com)

    Blog sebagai salah satu media sosial dapat dipilih untuk pengembangan e-learning. Saya memilih blog gratisan untuk mencoba menerapkan beberapa e-learning buatan sendiri sebagai sarana pembelajaran dengan siswa dan berbagi dengan sesama guru atau pengunjung.

    Blog sebagai sarana e-learning
    Mungkin saya termasuk orang yang telat dalam belajar blog, tahun 2001 baru mulai dan sempat vakum lama sekali. Kevakuman ini karena saya lebih terobsesi membuat berbagai macam media pembelajaran. Setelah banyak tersusun, akhirnya bingung juga karena setiap mengajar menayangkan secara off-line dan berulang-ulang. Belum lagi kalau para siswa mau mengcopy file media tadi, rasanya boros waktu dan tidak efektif. Lap top juga sering kena virus karena belasan flashdisk setiap 90 menit menancap untuk sekedar copy file. Aduh ...... capek juga.
    dok gambar: masternewmedia.org

    Siswa yang telah mengcopy belum tentu juga membuka filenya di rumah, yang penting kalau ditanya sudah punya. Kalau begini juga tidak bagus untuk pembelajaran. Saya tidak bisa memantau dengan instrumen tes, apakah siswa sudah jelas atau belum. Akhirnya sejak 2008 mulailah serius membuat blog. Niatan pertama untuk menampung media pembelajaran yang saya buat sehingga siswa tinggal download. Sedikit demi sedikit belajar dari mbah google bagaimana membuat blog yang bagus dan dapat dipakai untuk wadah e-learning. Selain itu berbagai toko buku kumasuki untuk sekedar membaca buku tentang blog dan kalau ada yang sangat menarik baru dibeli, maklum kantong cekak belum sertifikasi. Nah.... setelah belajar sana sini akhirnya dapat membuat blog. Kendalanya lagi sering lupa password sehingga blognya gonta ganti. Tetapi akhirnya kapal mendarat di dermaga dan selanjutnya konsen di blog ini, http://pkndisma.blogspot.com

    Konten blog saya ini sebenarnya telah menerapkan digital dan e-learning dalam beberapa hal antara lain:

    Demikianlah penerapan prinsip-prinsip e-learning telah saya coba aplikasikan dan terapkan dalam pembelajaran siswa di kelas atau sekolah dan lingkungan rumah. Blog dan semua fasilitas e-learning dapat diakses menggunakan komputer atau lap top, netbook, IPad, HP, dan sebagainya. Oleh karena itu siswa yang menggunakan akses internet tidak sekedar sms, chatting, BBM, atau game, namun juga pembelajaran.

    Berikut contoh foto-foto e-learning yang saya terapkan terhadap siswa di sekolah dengan memanfaatkan blog:

     

    E-learning bagi guru merupakan sarana berbagi atau sharing sehingga dapat menyebar dan dikuasai oleh banyak rekan guru. Bagi siswa merupakan sarana interaktif yang tepat dalam belajar mandiri tanpa dibatasi oleh guru, waktu, tempat, dan jarak. Meskipun demikian, e-learning tidaklah menggantikan peran guru atau pendidik namun hanya sebagai sarana, metode, sumber belajar dan pembelajaran alternatif di tengah kemajuan iptek dan globalisasi.

    Setelah menerapkan dalam pembelajaran baik di dalam maupun di luar kelas, saya begitu merasakan manfaat e-learning bagi saya sebagai guru dan siswa anak didik saya. Manfaat bagi guru antara lain:
    • 1. Mudah dalam melakukan penyimpanan dan up date materi sealigus materi dapat dibuat interaktif.
    • 2. Menyediakan akses terhadap berbagai sumber belajar seperti teks, gambar, video, kuis interaktif, presentasi, dll.
    • 3. Menyediakan sarana dan lingukungan belajar yang berfokus pada siswa sehingga dapat memenuhi kebutuhan pembelajaran.
    • 4. Komunikasi yang intens baik secara langsung maupun chatting serta umpan balik yang cepat.
    • 5. Pembelajaran tidak berbatas tempat dan waktu.

    Sedangkan manfaat bagi siswa antara lain:
    • 1. Siswa mempunyai kemandirian dan keaktifan belajar.
    • 2. Dengan sumber belajar yang variatif siswa merasa memiliki kemudahan, tertarik dan tidak bosan.
    • 3. Dapat berkomunikasi dengan guru atau orang sebagai sumber belajar secara mudah.
    • 4. Memudahkan siswa dalam mengerjakan tugas sehingga efisien beaya, waktu, transportasi, dll.
    Ada beberapa hal yang harus diketahui dan dilaksanakan oleh guru apabila mengharapkan e-learning berjalan dengan baik dan sukses yaitu:
    • 1. Memiliki semangat tinggi dan mencintai e-learning sesuai basic kompetensinya.
    • 2. Mampu membuat konsepsi materi yang akan diajarkan.
    • 3. Memiliki keterampilan mengajar dan mengelola pembelajaran dengan menggunakan teknologi komunikasi dan informasi.
    • 4. Memiliki empati yang tinggi terhadap siswa baik secara langsung maupun on line.
    • 5. Senantiasa up date materi dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
    • 6. Tekun mempelajari dan menguasai aplikasi (software, web, dll) yang berkaitan dengan e-learning.
    Hadirnya beragam aplikasi sangat membantu perkembangan e-learning karena menjadi sangat efektif dan efisien. Suatu yang rumit dan tidak simpel menjadi lebih cepat dan tertata dengan hadirnya aplikasi pembelajaran.

    Oleh karena itu sudah waktunya kita sebagai pendidik menguasai e-learning untuk kemajuan pembelajaran yang lebih mudah dan bermakna menuju tujuan nasional mencerdaskan kehidupan bangsa. Memajukan manusia Indonesia yang cerdas dan berkarakter dengan penguasaan iptek yang lebih baik lagi. Ayooo tetap semangat, wahai pendidik ...... dan e-learning in our hand. Terima kasih.

    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar

      Enter your email address:

      Delivered by FeedBurner

    Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...
    //